Selasa, 16 Juli 2013

Kerja Sama untuk Transformasi Pengetahuan

Jakarta, ppkbengo.blogspot.com—Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Australian Electoral Commision (AEC) terus mengembangkan kerja sama untuk berbagi informasi dan pengalaman di bidang kepemiluan.
Ketua KPU Husni Kamil Manik didampingi Komisioner KPU Ferry Kurnia Rizkiyansyah dan Hadar Nafis Gumay saat menerima kunjungan deputi komisioner AEC Tom Rogers, Selasa (16/7) mengatakan kedua lembaga penyelenggara Pemilu dapat saling memberikan masukan untuk perbaikan penyelenggaraan Pemilu di Negara masing-masing.
“Kerja sama yang kita bangun adalah kerja sama yang setara dengan fokus transformasi pengetahuan, pengalaman dan inovasi lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu,” ujar Husni.

Model kerja sama yang akan dibuat, kata Husni, tidak selalu harus berhubungan langsung dengan penyelenggara Pemilu. Pihaknya, mendorong AEC bekerja sama dengan perguruan tinggi, lembaga riset, media dan masyarakat sipil yang memiliki kepedulian untuk meningkatkan kualitas demokrasi.

“Ke depan kita berharap, semua elemen berkontribusi secara maksimal untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan Pemilu. Karenanya, pola kerja sama yang dibangun tidak harus sesama penyelenggara pemilu,” ujarnya.

Sementara Hadar Nafis Gumay mengatakan kerja dengan penyelenggaran Pemilu dari Negara lain diperlukan untuk saling belajar dan saling memberikan masukan untuk perbaikan.

Kerja sama yang dibutuhkan dalam waktu dekat, kata Hadar, bagaimana para pihak dapat bertemu dan bertukar ide untuk upaya peningkatan partisipasi pemilih, terutama dari kalangan pemilih pemula. “Modelnya bisa dalam bentuk konfrensi, seminar dan lain sebagainya untuk menampung ide-ide dari berbagai Negara,” ujarnya.

Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengatakan ada hal menarik di Australia yang dapat menjadi bahan diskusi di Indonesia yakni keberadaan pusat pendidikan pemilih. Lembaga ini menjadi penting dalam  upaya meningkatkan partisipasi pemilih terutama di kalangan pemilih pemula.

Tom Rogers mengatakan pihaknya membuka diri terhadap semua bentuk kerja sama yang ditawarkan. Menurutnya diperlukan pembicaraan yang lebih intensif untuk merumuskan program kerja sama jangka pendek dan jangka panjang.

Kata Tom, penyelenggara Pemilu di Indonesia dan Australia mengalami problem yang sama dalam hal rendahnya partisipasi pemilih pemula. Karena itu, Australia mendirikan pusat studi pendidikan pemilih.

“Di sana ada kurikulum yang sudah disiapkan. Para staf pusat studi ini akan turun ke sekolah-sekolah untuk melakukan simulasi-simulasi dan mengajak para siswa untuk tidak melewatkan hak pilihnya yang pertama,” ujarnya.

Menurut Tom, hasil penelitian di Australia menunjukkan pemilih pemula yang tidak menggunakan hak pilihnya saat pertama kali diberi hak memilih cenderung melewatkan hak pilihnya pada pemilu berikutnya. “Kami juga menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk melibatkan pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilu,” ujarnya.

Australia kata Tom juga memiliki Dewan Penasehat Riset Kepemiluan. Lembaga ini bersifat independen, di dalamnya terdiri dari akademisi yang bertugas untuk membicarakan isu-isu di bidang kepemiluan dan mencari ide-ide untuk mengatasinya. “Dalam dua bulan terakhir, AEC juga sedang fokus untuk pelibatan pemilih pemula dan penggunaan suara secara elektronik,” ujarnya.
(Sumber : www.kpu.go.id)
Baca juga lainnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar